Wednesday, February 27, 2013

Jadilah Orang Tua Teladan, untuk Membentuk Anak Soleh

Membentuk Anak Sholeh Dimulai Dari Orang Tua Yang Soleh

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya soleh? Siapa sih yang ngga ingin punya anak soleh? Rajin solat, bisa baca quran, hafal surat2 di dalam alquran, budinya baik, patuh sama orang tua. Waah.. idaman banget yaa. Nah, sekarang setelah saya menjadi orang tua, ternyata menginginkan anak yang soleh berarti mesti membuat diri kita soleh dulu. Subhanallah, anak itu ternyata memang masih suci, dan bagaimana kita yang mewarnainya.
Seperti Sabda Rasul.. “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi”.

Usia Affan, anak saya, saat ini 2.5 tahun. Saya merasa di usia inilah dia sedang senang2nya menyerap berbagai informasi dari mana2, baik di sekolah childcarenya, di rumah, dengan ayah bunda, dan teman2. Kalo saya nyanyi lagu anak2 Indonesia, setelah beberapa kali diulang, minimal dia tahu nadanya dan kata2 akhirnya. Ternyata, dengan mengulang2 bacaan quran pun, lama2 dia juga jadi tahu surat Annaas atau Al-Ikhlas misalnya. Karena itu, saya siasati, satu kali nyanyi lagu anak2 diimbangi sama mengulang satu surat pendek bacaan quran. Satu kali bermain mainannya dia (Thomas the Tank Engine, Bob the Builder, etc), satu kali juga baca buku2 islami, seperti kisah Quran for Kids.

Anak seumur itu ternyata belum mengenal kalo membaca quran itu membosankan misalnya. Masih inget kan, mungkin waktu kita kecil, kalo diajak ngaji ke guru ngaji, malesnya minta ampun. Pada bulan Ramadhan ini, kebetulah karena alhamdulillah ada ustadz ternama dateng ke Melbourne, kami sering berinteraksi dengan beliau. Saya bilang sama Affan, Ustad hebat, bisa baca quran.. dan karena interaksi kami dengan quran dan juga mendengarkan bacaan quran beliau yang merdu, Affan juga mulai menikmati bacaan quran itu. 

Kembali ke judul di atas, saya belajar bahwa menjadi soleh itu bukan hanya untuk kita pribadi, tapi juga untuk anak-anak kita, karena orang tua adalah teladan dan role model anak. Kalo kita rajin solat, anak juga ikut. Kalo kita rajin ngaji, anak juga ikut. Bahkan Affan sampe punya quran sendiri yang dah lusuh karena sering tarik2an sama bundanya kalo bundanya mau ngaji. Jadi, intinya menjadi soleh dalam keluarga itu berarti membentuk kesolehan bersama… Ayah dan bunda soleh, anak pun ikut soleh. Mungkin ada juga orang tua yang mengirimkan anak ke sekolah islam yang boarding, di sana anaknya diajakkan macam2 doa dan cara solat serta nuansa islami lainnya. Namun, bila hal itu juga ngga dipraktekkan orang tuanya, si anak mungkin hanya akan menyerap pelajaran islami itu hanya sebagai ilmu pengetahuan, dan saatnya beranjak remaja, bisa jadi itu hilang perlahan2.

Mendidik anak tetap menjadi tanggung jawab orang tua, walau anak juga belajar banyak dari sekolahnya. Yuk, mari sama2  mulai dari diri kita menjadi soleh, agar anak2 kita bisa mengikuti dan juga bisa menjadi soleh. Mulai dari membaca doa sebelum dan sesudah makan, berdoa setelah solat, menyempurnakan wudhu, mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat…

“Rabbanaa hablanaa min azwaajida wazurriyyatina qurrota ayyun wa ja’alnaa lil muttaqiina imaama” (Ya Tuhan kami, karuniakanlah pada kami dari istri-istri kami dan anak cucu kami yang menyenangkan diri kami dan jadikanlah kami sebagai ikutan bagi orang-orang yang bertaqwa)

MEMBENTUK ANAK SHOLEH DAN CERDAS

Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”

Anak yang sholeh dan cerdas dikonstruksi oleh bangunan keagamaan yang baik, sehingga hanya dapat diwujudkan dengan jalan mendekatkan anak dengan agama atau dengan memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak dan merupakan langkah antisipasif terhadap bencana kebobrokan akhlak anak.

Dan itu perlu dijalankan dengan penuh kesungguhan, keuletan, dan strategi yang tepat. Jika kita menginginkan kecerdasan intelektual dan emosional anak kita berkembang secara optimal, mulailah dengan mengasah kecerdasan spiritualnya. Mulailah dengan memberikan bekal keagamaan dan pembinaan rukhiyah anak sejak dini secara kontinyu dan intensif.

Pendidikan anak yang dijalankan dengan prinsip tabsyir (menggembirakan hati anak) jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendidikan yang selalu menekan dan meneror jiwa anak. Pujian dan penghargaan dan motivasi kepada anak perlu diberikan secara proporsional.

Memperkenalkan pribadi Nabi SAW sejak dini akan menjadi pondasi penting pembangunan akhlak Islam pada anak-anak. Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian anak yang sholeh dan cerdas maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan.

Oleh karena itu selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak memperlihatkan sikap yang sesuai dengan kepribadian yang sholeh sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orangtuanya.

Dengan demikian antara anak sholeh dan cerdas dengan metode pendidikan Nabi SAW terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat. Anak sholeh dan cerdas dilahirkan dengan menggunakan metode pendidikan Nabi SAW.

Sebaliknya metode pendidikan Nabi SAW dapat menjadikan anak sholeh dan cerdas yang jiwanya selalu dihiasi oleh tiga cinta sejati ; cinta Al-Qur’an, cinta Nabi dan keluarganya, serta cinta orang-orang sholeh.

Itulah generasi masa depan yang diharapkan mampu mewarnai lembaran kehidupan ini dengan kemuliaan, ketentraman dan kebahagiaan sejati.

Maka seorang anak yang telah dibentuk menjadi anak yang sholeh dan cerdas melalui metode pendidikan Nabi SAW akan melahirkan pribadi-pribadi anak yang dapat dibentuk secara efektif melalui metode pendidikan Nabi SAW.

No comments:

Post a Comment